Senin, April 06, 2009

about Love & lust, 2nd post

Lately, those words keep running in my mind. How do we able to differentiate between love and lust? If we feel comfortable around him/her, is it love?or is it just a temporary comfort? I we feel like we can talk about anything with the person, is it love, or is it a very good friendship? I we can't stop thinking about him, is it love, or is it just emotional rush? if we want to touch, kiss, or just want to be with the person, is it love? or is it lust?

Apa sih sebenernya yang kita harapkan ada dalam suatu hubungan? kebersamaan, komunikasi, berbagi rasa dan pikiran, gairah, rasa ingin memiliki, keberadaannya di sisi kita yang membikin kita merasa nyaman?
Apa bener kalo kamu menginginkan itu dari seseorang dan mendapatkannya itu berarti kamu sudah mendapatkan cinta?Apa itu saja udah cukup?
Apa kamu yakin kalo perasaan itu bakal selalu ada, dan ga akan perlahan2 luntur seiring dengan makin seringnya kamu bersama dia dan akan berubah menjadi kejenuhan?

Dan apabila suatu saat ada orang lain yang datang, orang lain yang memiliki semua kelebihan, lebih daripada orang yang sedang bersamamu saat ini, akankah kamu memiliki cukup kekuatan untuk menghindari, dan menutupi perasaanmu padanya, ataukah kau akan terbawa arus perasaanmu sendiri, dan memilih untuk bersamanya?

Kadang2 perasaan manusia tuh emang sulit ditebak ya..

Minggu lalu aku mendapat pertanyaan ini dari 2 orang temenku,what a big n interesting coincidence. kita membahas tentang hubungan antar pasangan, entah antar kekasih maupun suami-istri. Mereka mempertanyakan, apakah yang bisa membuat suatu perasaan itu bisa dikategorikan sebagai love atau lust. Kayak yang aku tulis di awal blog ini, kadang apa yang kita rasakan tuh menjadi ambigu, sampai kita sendiri tidak bisa membedakan antara Love n Lust itu tadi. Sebenernya kalo hubungan yang ideal tuh kayak gimana sih? apakah untuk mengetahui itu cinta berarti bahwa kita ga boleh ada lust ama tuh orang? ato kalo kita merasakan suatu Lust ke seseorang itu berarti kita tidak sedang atau tidak akan pernah mencintai dia?

Okelah kita ambil aja contoh paling simpel. Ada seorang cowok lagi jalan di mal, trus dia liat ada cewek canttiiikkkk banget, sampe bikin dia kesandung2 demi liatin tuh cewek. Trus dia ajakin tuh cewek kenalan, trus ceweknya mau, trus mereka jadi kontek2an, trus mulai ngedate, ampe pacaran. Trus mereka mulai gandengan, first kiss, dll, trus suatu saat karena salah satu dari mereka selingkuh, akhirnya mereka putus deeh..Ni cewek cantik, cowoknya cakep, mereka berasal dari status sosial, strata pendidikan yang seimbang, dll.Trus kalo menurut kalian, mereka memilih jadian dengan pertimbangan apa? Apakah karena ketertarikan fisik pas pertama ketemu? Atau karena obrolan mereka cocok? Kalo pun obrolan mereka cocok, tapi salah satu ato mereka berdua tidak memiliki ketertarikan fisik sama sekali, apa mungkin mereka bakal mau jadian?Ato sekedar logika aja? Maksudnya adalah, mereka ngrasa cocok dalam segala hal, dan segalanya lancar2 aja, so jalan aja, cinta akan tumbuh seiring seringnya mereka bersama.

Contoh yang laen. Ada cewek n cowok, mereka baru kenalan, dari pertama mereka kenalan mereka udah cocok, maksudnya ngobrol nyambung, chemistry dapet, secara fisik saling tertarik, akhirnya mereka mutusin buat jalan bareng deh.Mungkin suatu saat mereka mutusin buat nikah, ato mereka milih jalan sendiri2, putus, tapi setelah putus pun mereka masih deket n bertemen, and kalopun under different circumstance mereka ga jalan,maksudnya mereka tidak terlibat dalam hubungan romantis, mereka tetep akan menjadi temen yang sanget dekat. Bisakah itu dibilang love? Padahal mereka bisa fine2 aja tanpa romantisme diantara mereka. Hubungan apa itu?

Menurut aku, di jaman sekarang ini ada banyak aspek yang mempengaruhi hubungan antar pasangan. Kalo di jaman dulu ada Romeo Juliet yang love each other unconditionally ampe dibawa mati, kayaknya jaman sekarang udah ga ada yang kayak gitu deh. Aku ga expect hubungan yang ampe seekstrim itu, tapi aku ngrasa kalo dalam suatu hubungan, cinta itu bisa tumbuh karena hal2 yang teknis, karena kesamaan hobi ato selera, ato obrolan yang cocok, ato karena intelegensia yang sama, ato karena dia tau dia bakalan bisa idup enak ama orang tersebut, dll dll. Coba bayangin kalo Romeo ama Juliet idup di jaman sekarang, pasti obrolannya ga nyambung banget d, Romeo mikirin pesta ama tarung, Juliet mikirin sulamannya, hehehe. Bisa jadi mereka malah ilfil duluan satu sama laen, trus Romeonya selingkuh ama temen cewekkya di tempat perang yang lebih nyambung obrolannya daripada dia. Jadi kalo dipikir2, sebenernya apa sih definisi cinta yang sebenernya tuh? Dan di jaman sekarang ini, masihkah ada cinta sampe mati terhadap orang yang kita anggap belahan jiwa kita?






Jumat, April 03, 2009

Kepada Kamu Dengan Penuh Kebencian

Aku dapet ini dari radityadika.com

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

aku takut sendirian.

*Tulisan ini terdapat dalam buku Kepada Cinta (Gagasmedia, 2008), buku kumpulan surat cinta dari berbagai macam penulis. Selain memuat 25 cinta para pemenang Sayembara Menulis Surat Cinta GagasMedia 2008, ada juga surat cinta dari Adhitya Mulya, Christian Simamora, Andi Eriawan, Ita Sembiring dan penulis lainnya. Gue nulis surat ini dari tahun lalu, eh baru inget pas ada beberapa orang yang nulis ini di notes mereka di Facebook. Gue taro sini deh. :D